Loading...

Senin, 16 Maret 2015

Selamat Datang!

0 komentar

Selamat datang di blog Cici Koko: Kupas Tuntas Budaya Cici Koko tanpa Rasisme!

Blog ini mengupas ragam budaya unik yang dimiliki etnis Tionghoa, terutama berbagai kuliner dan alat musik yang ada. Jadi, jangan lewatkan waktu anda untuk menjelajahi blog ini dengan menggunakan tombol navigasi di dropdown menu di atas.

Selamat menjelajahi!

Wayang Potehi, Wayang Khas Tiongkok

0 komentar
Wayang Potehi


Wayang Potehi merupakan salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari Tiongkok bagian selatan. Kesenian ini dibawa oleh perantau etnis Tionghoa ke berbagai wilayah Nusantara pada masa lampau dan telah menjadi salah satu jenis kesenian tradisional Indonesia.




Sejarah

Potehi berasal dari kata pou 布 (kain), te 袋 (kantong) dan hi 戯 (wayang). Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain. Kesenian ini sudah berumur sekitar 3.000 tahun dan berasal dari Tiongkok.

Menurut legenda, seni wayang ini ditemukan oleh pesakitan di sebuah penjara. Lima orang dijatuhi hukuman mati. Empat orang langsung bersedih, tapi orang kelima punya ide cemerlang. Ketimbang bersedih menunggu ajal, lebih baik menghibur diri. Maka, lima orang ini mengambil perkakas yang ada di sel seperti panci dan piring dan mulai menabuhnya sebagai pengiring permainan wayang mereka. Bunyi sedap yang keluar dari tetabuhan darurat ini terdengar juga oleh kaisar, yang akhirnya memberi pengampunan.
Menurut sejarah, diperkirakan jenis kesenian ini sudah ada pada masa Dinasti Jin 晉朝 (265-420 Masehi) dan berkembang pada Dinasti Song 宋朝 (960-1279). Wayang Potehi masuk ke Indonesia (dulu Nusantara) melalui orang-orang Tionghoa yang masuk ke Nusantara pada sekitar abad 16 sampai 19. Data yang sahih berupa catatan awal tentang wayang Potehi di Indonesia, berasal dari seorang Inggris bernama Edmund Scott. Dia pergi ke Banten 2 kali, antara 1602 dan 1625. Ia menyebutkan, pertunjukan sejenis opera, yang diselenggarakan bila jung-jung akan berangkat ke atau bila kembali ke Tiongkok. Ia mengamati dengan teliti, bahwa pertunjukan ini berhubungan dengan penyembahan dan bahwa biarawan-biarawan mempersembahkan kurban, dan bersujud di tanah sebelum persiapan. Scott menuliskan bahwa "mereka sangat menyukai sandiwara dan nyanyian, tapi suara mereka adalah yang paling jelek yang akan didengar orang. Sandiwara atau selingan itu mereka selenggarakan sebagai kebaktian kepada dewa-dewa mereka: pada permulaannya, mereka lazim membakar kurban, para pendetanya berkali-kali berlutut, satu demi satu. Sandiwara ini biasa diadakan, apabila mereka melihat jung atau kapal berangkat dari Banten ke Tiongkok. Sandiwara ini kadang-kadang mulai pada tengah hari dan baru berakhir keesokan paginya, biasanya di jalan terbuka, di panggung yang didirikan untuk maksud itu."
Penjelajah-penjelajah 1-2 abad kemudian menggambarkan bahwa teater ini yang asli dari Tiongkok, sudah mapan di masyarakat-masyarakat perantau di kota utama pada masa itu. Sayangnya, hanya sedikit keterangan bahasa yang dipakai dalam pertunjukan itu. Juga tidak terdapat teater boneka sarung dari Fujian Selatan, yang dikenal dengan nama po-te-hi, yang kini masih ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada abad ke-18, seorang Jerman yang bernama Ernst Christoph Barchewitz (yang tinggal selama 11 tahun di Jawa) menunjukkan bahwa ketika ia melihatnya di Batavia pertunjukan-pertunjukan ini diselenggarakan dalam bahasa Tionghoa.
Bukan sekadar seni pertunjukan, Wayang Potehi bagi etnik Tionghoa memiliki fungsi sosial serta ritual. Tidak berbeda dengan wayang-wayang lain di Indonesia.
Beberapa lakon yang sering dibawakan dalam Wayang Potehi adalah Si Jin Kui 薛仁貴 (Ceng Tang 征東 dan Ceng Se 征西), Hong Kiam Chun Chiu 鋒劍春秋, Cu Hun Cau Kok 慈雲走國, Lo Thong Sau Pak 羅通掃北 dan Pnui Si Giok 方世玉. Setiap wayang bisa dimainkan untuk pelbagai karakter, kecuali Koan Kong 關公, Utti Kiong 尉遲恭, dan Thia Kau Kim 程交金, yang warna mukanya tidak bisa berubah.
Lakon
Dulunya Wayang Potehi hanya memainkan lakon-lakon yang berasal dari kisah klasik Tiongkok seperti legenda dinasti-dinasti yang ada di Tiongkok, terutama jika dimainkan dikelenteng. Akan tetapi saat ini Wayang Potehi sudah mengambil cerita-cerita di luar kisah klasik seperti novel Se Yu 西遊記 (Pilgrimage to the West) dengan tokohnya Kera Sakti yang tersohor itu. Pada masa masuknya pertama kali di Nusantara, wayang potehi dimainkan dalam dialek Hokkian. Seiring dengan perkembangan zaman, wayang ini pun kemudian juga dimainkan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu para penduduk non-Tionghoa pun bisa menikmati cerita yang dimainkan.
Menariknya, ternyata lakon-lakon yang kerap dimainkan dalam wayang ini sudah diadaptasi menjadi tokoh-tokoh di dalam ketoprak. Seperti misalnya tokoh Si Jin Kui 薛仁貴 yang diadopsi menjadi tokoh Joko Sudiro. Atau jika Anda penggemar berat ketoprak, mestinya tidak asing dengan tokoh Prabu Lisan Puro yang ternyata diambil dari tokoh Li Si Bin 李世民, kaisar kedua Dinasti Tong 唐朝 (618-907).
Alat musik Wayang Potehi terdiri atas gembreng/lo 鑼, kecer/simbal 鑔 cheh dan 鈸 puah, suling/phin-a 笛仔, (gitar/gueh-khim 月琴), rebab/hian-a 絃仔, tambur/kou 鼓,terompet/ai-a 噯仔, dan piak-kou 逼鼓. Alat terakhir ini berbentuk silinder sepanjang 5 sentimeter, mirip kentongan kecil penjual bakmi, yang jika salah pukul tidak akan mengeluarkan bunyi "trok"-"trok" seperti seharusnya.
Perkembangan
Tahun 1970-an sampai tahun 1990-an bisa dikatakan masa suram bagi Wayang Potehi. Itu dikarenakan tindakan represif penguasa pada masa itu terhadap budaya Tionghoa. Padahal nilai-nilai budaya yang dibawa serta oleh orang Tionghoa sejak berabad-abad lalu telah tumbuh bersama budaya lokal dan menjadi budaya Indonesia. Dalam masa suram itu, Wayang Potehi seolah mengalami pengerdilan. Sangat sulit menemukan pementasannya saat itu. Apalagi jika bukan karena sulitnya mendapat perizinan. Padahal jika diamati para penggiat Wayang Potehi sebagian besar adalah penduduk asli Indonesia. Bayangkan, betapa besar apresiasi mereka terhadap budaya yang bisa dikatakan bukan budaya asli Indonesia. Namun setelah reformasi berjalan, angin segar seolah menyelamatkan kesenian ini. Wayang Potehi bisa dipentaskan kembali dan tentu saja tidak dengan sembunyi-sembunyi.

0 komentar

Alat Musik Gesek

Erhu

ErhuRebab Tionghoa, badannya menggunakan kulit ular sebagai membran, menggunakan 2 senar, yang digesek dengan penggesek terbuat dari ekor kuda.

 

 

Gaohu

GaohuSejenis dengan Erhu, hanya dengan nada lebih tinggi.

 

 

Gehu

GehuAlat musik gesek untuk nada rendah, seperti Cello.

 

 

Banhu

BanhuRebab Tionghoa, dengan badan terbuat dari batok kelapa dengan papan kayu sebagai membrannya.

 

Alat Musik Petik


Liuqin

LiuqinAlat musik petik kecil bentuknya seperti buah pir dengan 4 senar.

 

 

Yangqin

YangqinAlat musik ini memiliki banyak senar, cara memainkannya dengan memukul dengan stik bambu sebagai pemukulnya.

 

 Pipa

PipaAlat musik petik berbentuk buah pir dengan 4 atau 5 senar.

 

 

Ruan

RuanAlat musik petik berbentuk bulat dengan 4 senar.

 

 

Sanxian

SanxianAlat musik petik dengan badan terbuat dari kulit ular dan dengan leher panjang, memiliki 3 senar.

 

 

Guzheng

GuzhengKecapi yang memiliki 16 - 26 senar.

 

Konghou

KonghouHarpa Tiongkok.

 

 

Alat Musik Tiup

Dizi

DiziSuling dengan menggunakan membran getar.

 

 

Souna

SounaTerompet Tiongkok.

 

 

Sheng

ShengAlat musik yang menggunakan bilah logam dengan tabung-tabung bambu sebagai penghasil suara.

 

 

Xiao

XiaoSuling.

Bakcang

0 komentar
Bakcang
Makanan dalam bungkusan daun, isinya ketan atau nasi yang ditambah daging dan isi lainnya sesuai selera. Di Tiongkok, bakcang disebut Zongzi. "Duan Wu Jie" adalah hari raya dimana umumnya orang makan bakcang. Pada hari itu dijual bermacam-macam bakcang dan semua warga, baik tua maupun muda, besar atau kecil, semua makan bakcang.

Bakcang atau bacang (Hanzi: 肉粽, hanyu pinyin: rouzong) adalah penganan tradisional masyarakat Tionghoa. Kata 'bakcang' sendiri berasal dari dialek Hokkian yang lazim dibahasakan di antara suku Tionghoa di Indonesia.
Bakcang menurut legenda kali pertama muncul pada zaman Dinasti Zhou berkaitan dengan simpati rakyat kepada Qu Yuan yang bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo. Pada saat itu, bakcang dilemparkan rakyat sekitar ke dalam sungai untuk mengalihkan perhatian makhluk-makhluk di dalamnya supaya tidak memakan jenazah Qu Yuan. Untuk kemudian, bakcang menjadi salah satu simbol perayaan Peh Cun atau Duanwu.
Bakcang secara harfiah bak adalah daging dan cang adalah berisi daging jadi Arti bakcang adalah berisi daging, namun pada praktiknya selain yang berisi daging ada juga cang yang berisikan sayur-sayuran atau yang tidak berisi. Yang berisi sayur-sayuran disebut chaicang, chai adalah sayuran dan yang tidak berisi biasanya dimakan bersama dengan srikaya atau gula disebut kicang.
Bakcang dibuat dari beras ketan sebagai lapisan luar; daging, jamur, udang kecil, seledri, dan jahe sebagai isi. Ada juga yang menambahkan kuning telur asin. Untuk perasa biasanya ditambahkan sedikit garam, gula, merica, penyedap makanan, kecap, dan sedikit minyak nabati.
Tentunya yang tidak kalah penting adalah daun pembungkus dan tali pengikat. Daun biasanya dipilih daun bambu panjang dan lebar yang harus dimasak terlebih dahulu untuk detoksifikasi. Bakcang biasanya diikat berbentuk limas segitiga.

Bakpao

0 komentar
Bakpao dengan Tempat Kukusannya
Bakpao (Hanzi: 肉包, hokkian: bakpao, hanyu pinyin: roubao) merupakan makanan tradisional Tionghoa. Dikenal sebagai bakpao di Indonesia karena diserap dari bahasa Hokkian yang dituturkan mayoritas orang Tionghoa di Indonesia. Pao itu berati "bungkusan", dan bak itu artinya daging, jadi bakpao berarti "bungkusan (berisi) daging". Bakpao dalam bahasa Hakka / Khek yaitu " Nyukppao / Yugppao " yang mempunyai arti yang sama yaitu " Daging Berbungkus " .
Bakpao sendiri berarti harfiah adalah baozi yang berisi daging. Pada awalnya daging yang paling lazim digunakan adalah daging babi. Akan tetapi baozi sendiri dapat diisi dengan bahan lainnya seperti daging ayam, sayur-sayuran, serikaya manis, selai kacang kedelai, kacang azuki, kacang hijau, dan sebagainya, sesuai selera. Bakpao yang berisi daging ayam dinamakan kehpao.
Kulit bakpao dibuat dari adonan tepung terigu diberi ragi untuk mengembangkan adonan, setelah diberikan isian, adonan dibiarkan sampai mengembang lalu di kukus sampai matang. Untuk membedakan isi bakpao, tanpa daging (vegetarian) biasanya di atas bakpao diberi titikan warna, demikian juga dengan isian yang lain diberi tanda warna yang berbeda-beda.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bakpao